Pandemi menghentikan semua aktivitas. dimulai dengan pekerjaan, pendidikan, dan diakhiri dengan acara keagamaan.
Misalnya, Tahun Baru Imlek. Di tengah Covid-19, masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia sudah dua tahun tidak memperingatinya. Tidak diragukan lagi sangat berbeda dari sebelum penyakit itu merebak.
Di Kota Batam Kepulauan Riau, peristiwa yang sama terjadi. Ibadah tetap ibadah. dibandingkan dengan aktivitas virtual lainnya.
Untuk siswa, kami memiliki frasa “pembelajaran online”, diikuti dengan frasa “bekerja dari rumah”, dan bahkan frasa “pertemuan virtual”. Namun secara online tidak berlaku untuk hari besar keagamaan.
Virgil, salah satu dari sekian banyak warga China di Batam, melakukan sembahyang itu vihara budhi bhaktihakti.
Dia memiliki sikap ramah dan kadang-kadang tertawa terbahak-bahak. Namun, dia merasa menyesal. Covid-19 memang terkesan tidak terbatas, dan juga ada variasi baru.
“Sholat tetap sholat. Dilakukan secara online. Tapi, tingkat kekesalannya semakin meningkat karena Covid ini sudah jenis smartphone dan ada serialnya,” ujarnya saat ditemui pada Selasa, 29 Januari 2022, di vihara budhi bhaktihakti. Kelenteng di Windsor, Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam.
Meski Tahun Baru Imlek diperingati selama pandemi, baginya hal itu tidak mengubah arti sebenarnya dari hari raya tersebut. Hanya sedikit euforia, sungguh.
“Tidak seburuk itu. Berbeda dengan yang sebelumnya, saya tidak bisa melakukan perjalanan dari Jakarta ke rumah saya. Euforianya pasti unik,” tambahnya.
Virgil hanya berharap itu dapat dihormati tanpa batasan di tahun mendatang. Jadi, pandemi sudah berakhir dan bangsa sekarang pulih.